Sabtu, 20 Oktober 2012

MAKALAH JAKARTA METRO-MEGAPOLITAN


JAKARTA METROPOLITAN – MEGAPOLITAN

Disusun Oleh:
1.Faruk Afero             (Fisika)
2.Bhakti Prio Sejati     (Fisika)
3.Inas Priasti Siwi       (Kimia)
4.Nurmalia Zakiyah    (Biologi)
5.Yuri Nadia Candika (Fisika)
6.Dian Nur Hayati      (Matematika)



FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS INDONESIA
TAHUN AKADEMIK 2012-2013
Daftar isi

Halaman Judul……………………………………………………………………………….i
Kata Pengantar………………………………………………………………………………ii
Daftar isi…………………………………………………………………………………….iii
Pendahuluan……………………………………………………………………………….1
Latar Belakang……………………………………………………………………………....1
Tujuan……………………………………………………………………………………….1
Perumusan Masalah…………………………………………………………………………1
Pembahasan...........................................................................................................................2
Jakarta sebagai Kota Metropolitan-Megapolitan…………………………………………….2
Permasalahan yang ada dalam kota Jakarta………………………………………………….3
keterkaitan LSPB dengan permasalahan yang dihadapi kota
 Jakarta……………………………………………………………………………………….4
Kesimpulan…………………………………………………………………………………5
Saran…………………………………………………………………………………………5
Pesan…………………………………………………………………………………………5
Daftar Pustaka








Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah Swt, Tuhan Yang Maha Esa. Berkat limpahan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini. Makalah ini membahas mengenai “Jakarta sebagai kota Metropolitan-Megapolitan”.
Makalah ini terdiri dari tiga bab, yaitu pertama mengenai makna dari metroplitan dan megapolitan, kedua membicarakan alasan mengapa jakarta yang menjadi kota  metropolitan dan megapolitan, dan terakhir adalah solusi agar masalah yang terjadi di jakarta bisa diminimalisasi atau bahkan dihilangkan.
Model penyajian dalam makalah ini didesain secara alamiah dengan memposisikan mahasiswa atau para pembaca sebagai subjek. Mahasiswa akan mengalami sendiri apa yang menjadi permasalahan di Jakarta sehingga mahasiswa dapat mengeksplor lebih jauh mengenai topik permasalahan dalam makalah ini. Dengan demikian, para pembaca dapat berimajinasi mengenai solusi apa yang seharusnya diambil oleh kita dalam menangani permasalahan yang ada di ibukota tercinta ini, Jakarta.
Terakhir, ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah kami yang berjudul “jakarta sebagai kota Metropolitan-Megapolitan)”. Kami berharap makalah ini dapat membantu mahasiwa agar lebih memahami kota jakarta yang saat ini menjadi kota metropolitan, akan beralih menjadi kota megapolitan.

                                                                                                            Jakarta, 15 Oktober 2012


                                                                                                                        Penulis




BAB I
Pendahuluan
1.1         Latar Belakang
Dewasa ini, kita sering mendengar berbagai masalah mengenai ibukota negara Indonesia, jakarta. Pertumbuhan populasi manusia di DKI talah memunculkan berbagai masalah, seperti pencemaran atau polusi, banjir, sampah, air bersih, transportasi, perumahan atau tempat tinggal, dan kebakaran, yang kesemuanya dapat berdampak pada kesehatan, baik kesehatan manusia maupun kesehatan lingkungan. Pemerintah pun juga sudah berupaya untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut seperti pembangunan banjir kanal, penggunaan teknologi pengolahan sampah, teknologi informasi untuk mitigasi bencana, penggunaan teknologi untuk mengurangi dampak polusi, dan lain sebagainya.
Seiring dengan pertumbuhan pembangungan DKI, muncul gagasan untuk mengembangkan wilayah DKI dari metropolitan ke megapolitan. Konsep megapolitan tersebut, memerlukan telaah dan persiapan lintas disiplin ilmu dan telaah mendalam dari berbagai sudut pandang, agar gagasan tersebut membawa dampak pada kesejahteraan rakyat dan kelestarian lingkungan hidup. Gagasan tersebut merupakan salah satu upaya perencanaan konsep keberlanjutan masa depan.

1.2         Tujuan
1.        Memahami makna Jakarta sebagai kota metropolitan dan megapolitan.
2.         Menelaah Jakarta sebagai kota metropolitan dengan berbagai permasalahan-permasalahan yang ada kini.
3.         Mengetahui keterkaitan LSPB dengan permasalahan kota Jakarta sebagai kota metropolitan dan megapolitan.

1.3         Perumusan Masalah
1.      Mengapa Jakarta disebut kota metropolitan dan megapolitan?
2.      Apa permasalahan yang dihadapi Jakarta sebagai kota metro dan megapolitan?
3.      Bagaimana keterkaitan LSPB dengan kota Jakarta sebagai metropolitan dan megapolitan.

BAB II
Pembahasan
2.1.    Jakarta sebagai Kota Metropolitan-Megapolitan
"Jakarta adalah kota metropolitan yang dipenuhi pendatang dari berbagai pulau di Indonesia. Namun, tata kota dan pembangunan yang buruk menyebabkan kota ini kerap digenangi banjir besar", dikutip dari majalah TIME.
Konsep megapolitan merupakan geliat lanjutan metropolitan yang tumbuh sangat cepat dan berdampak pada perubahan kawasan belakang di sekelilingnya menjadi metropolitan-metropolitan baru.
Maka konsep megapolitan berlandaskan kesatuan wilayah yang lebih luas, mencakup dua atau lebih kawasan metropolitan di sekelilingnya. Kota-kota satelit metropolitan sangat berkaitan dengan kota megapolitan dalam begitu banyak aspek. Misalnya, transportasi, jaringan air bersih, energi dan listrik, telekom, lingkungan, kawasan hulu dan hilir aliran sungai, kegiatan ekonomi dan bisnis, bahkan dari aspek keamanan.
Karakteristik megapolitan; jumlah penduduk kota inti (Jakarta) lebih dari 1 juta, sedangkan kota-kota di sekelilingnya berkisar antara 50.000 sampai 1 juta jiwa, sehingga secara keseluruhan mencapai lebih dari 10 juta jiwa. Semua keterkaitan ini dapat dilihat, baik dari kondisi nyata yang ada pada saat ini maupun dari sisi proyeksi pertumbuhan wilayah-wilayah tersebut di masa datang.
Dengan kriteria ini, maka DKI Jakarta sejak tahun 1970-an telah berkembang menjadi kota metropolitan, memacu pertumbuhan wilayah hinterland (Bodetabek) menjadi kota-kota metropolitan dan mikropolitan baru. Gabungan jumlah penduduk Jakarta dengan daerah-daerah sekitarnya: Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi dan Cianjur (BODETABEKJUR) telah melebihi 10 juta jiwa, sehingga kawasan ini sudah dapat dikategorikan sebagai kawasan kota megapolitan.
Dalam kaitan dengan konsep megapolitan, maka hubungan antara Jakarta dan wilayah sekitarnya, semestinya berlaku seperti kota-kota megapolitan lainnya di negara-negara maju. Misalnya, di Amerika Serikat, ada 10 kota megapolitan yang menerapkan konsep ini.
Dasar hukum konsep megapolitan tersebut mengacu pada Undang-Undang Nomor 34/1999 yang sudah direvisi dan disahkan oleh DPR. Juga UU Nomor 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Konsep megapolitan juga sejalan dengan Peraturan Pemerintah (PP) No. 47/1997 tentang Tata Ruang Wilayah Nasional yang menggolongkan kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi dan kawasan Bogor-Puncak-Cianjur sebagai kawasan yang memerlukan penanganan khusus.
Berdasarkan amanat Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah tersebut, maka perlu segera mewujudkan pembentukan kawasan megapolitan yang mencakup DKI Jakarta dan kawasan BODETABEKJUR.

 2.2 Permasalahan yang ada dalam kota Jakarta.
Tingginya urbanisasi adalah masalah yang paling rentan dihadapi kota-kota metropolitan di seluruh dunia, termasuk juga kota Jakarta. Bahkan, diperkirakan 60 persen penduduk dunia akan memilih tinggal di daerah perkotaan. Sehingga pemerintah harus mengantisipasinya dengan mengendalikan urbanisasi agar tidak membebani pembangunan.
Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo mengatakan, sekitar 60 persen penduduk akan tinggal di perkotaan, untuk itu sebagai ibu kota negara Jakarta harus bisa mengambil peran strategis. Peran yang dibutuhkan yakni menjembatani kebutuhan kota-kota di Indonesia dengan kota-kota besar lain di dunia.
Permasalahan ini juga dibahas dalam United Cities Local Government Asia Pacifik (UCLG-Aspac). Terlebih Jakarta menjadi tuan rumah penyelenggaraan UCLG Aspac ke-4. Di mana Fauzi Bowo saat ini menjabat sebagai Presiden UCLG Aspac. "Jakarta harus berpikir jauh ke depan bagaimana kehidupan semakin baik untuk orang yang semakin banyak tinggal di perkotaan. Berbagai antisipasi harus dilakukan untuk menyelamatkan kota," ujarnya, Selasa (2/10).
Dikatakan Fauzi, kota-kota metropolitan di Aspac harus terus berpikir ulang tentang bagaimana bertahan hidup. Selain itu juga bagaimana membangun kembali bagian wilayah kota yang tidak maju agar tidak mati sehingga tidak membebani pembangunan.
Salah satu faktor yang telah menjadi titik masalah di wilayah Aspac adalah laju urbanisasi yang tak tertandingi oleh daerah lain di dunia. Sebelas kota megapolitan dunia dengan penduduk lebih dari 10 juta berada di wilayah ini. Menurutnya, dalam dua dekade terakhir proporsi perkotaan Asia Pasifik telah meningkat sebesar 29 persen.
"Jadi tantangan yang dihadapi kota megapolitan di Aspac bukan hanya menghadapi perubahan iklim. Melainkan termasuk mengelola urbanisasi yang meningkat, dan mengurangi kemiskinan," tegasnya.
Dia menegaskan, ada dua pilar penting untuk membangun kota yang kuat, yakni mempersiapkan dan mengembangkan infrastruktur serta mempersiapkan orang-orang yang hidup di kota-kota menjadi tangguh dan mampu merangkul perubahan yang diperlukan untuk melengkapi perencanaan perkotaan.
"Kota-kota yang kuat hanya dapat dibangun dan dipertahankan jika ada pemerintahan yang baik dalam cara mengelolanya. Dasar dari sebuah kota yang kuat adalah sebuah komunitas yang kuat dan partisipatif,” tandasnya.
Bukan hanya masalah urbanisasi yang dihadapi oleh kota Jakarta tapi masih banyak hal yang perlu diatasi kota Jakarta, permasalahan kemacetan yang tak kunjung redah karena penggunaan kendaraan pribadi yang begitu banyak sehingga berakibat pada polusi udara yang mengganggu kesehatan masyarakat Jakarta,lantas dengan banyaknya masalah tersebut apakah masih layak Jakarta disebut sebagai kota yang metropolitan dan megapolitan? Tentu setiap orang punya pendapat masing-masing.
2.3 keterkaitan LSPB dengan permasalahan yang dihadapi kota Jakarta sebagai kota metropolitan dan megapolitan.
Dengan berbagai masalah yang dihadapi kota Jakarta sebagai kota metropolitan dan megapolitan memberikan suatu pemahaman tersendiri untuk menyelesaikan masalah tersebut seperti pada permasalahan identitas ganda pada KTP yang membuat salah pendataan oleh BPS mengenai jumlah penduduk di kota Jakarta dapat ditangani dengan menggunakan sidik jari yang bisa membedakan identitas tiap individu,mempelajari karakter dan cirri-ciri orang. Dengan metode tersebut akan sangat membantu dalam penanganan masalah identitas ganda yang ada di Indonesia khususnya Jakarta. Masalah mengenai urbanisasi dapat ditangani dengan pembangunan rumah sehat dalambentuk rumah susun yang nyaman tanpa adanya polusi dan tidak menimbulkan kekumuhan sehingga tidak perlu mengalih fungsikan lahan sebagai tempat pemukiman. Polusi yang ada di kota Jakarta akan bisa dikurangi dengan penggunaan transportasi umum, jangan terlalu sering dalam menggunakan kendaraan pribadi untuk mengurangi kepengapan kota Jakarta.
Tidak terlepas juga dari masalah makanan yang ada di Jakarta, apakah makanan di Jakarta sudah benar-benar dijamin sehat dan hiegenis?coba perhatikan makanan-makanan yang dijual di jalan-jalan,masalah sekali pedagang kaki lima yang tidak memperdulikan mengenai kesehatan dan kebersihan makanan,lantas bagaimana dengan masalah tersebut kita menyikapinya?memang dibutuhkan kesadaran tersendiri dari masing-masing individu,namun pemerintah seharusnya bisa mensosialisasikan kepada seluruh pedagang untuk membuat makanan sehat yang standard.












KESIMPULAN
Jakarta sebagai ibu kota Indonesia yang merupakan pusat perekonomian dan pembangunan di Indonesia masih menyimpan segudang masalah yang perlu untuk diselesaikan dan diatasi segera,sebagai kota yang mendapat julukan metropolitan dan megapolitan Jakarta harus bisa mengatasi masalah yang ada pada dirinya antara lain masalah urbanisasi,kesehatan,bencana alam,dan polusi.
            A.Saran
Makalah ini kami susun seideal mungkin agar memudahkan pembaca dalam mengetahui berbagai masalah yang ada di kota Jakarta, untuk itu peulis menyarankan agar pembaca membaca keseluruhan isi agar mengetahui maksud penulis.
            B.Pesan
Dalam penulisan makalah ini kami sadar pasti banyak kekurangannya, untuk itu penulis selalu mengharap kritik positif dari pembaca agar penulis bisa memperbaiki dikemudian hari.















DAFTAR PUSTAKA

1. www.beritajakarta.com/beta/.../Jakarta.